Lambang ini terletak di dalam suatu bentuk perisai lima, yang menunjukkan bahwa masyarakat Sulawesi Tenggara dalam segala segi peri hidup dan kehidupan, tetap berada di dalam Falsafah Negara Republik Indonesia Pancasila. Pada bagian sebelah utara terdapat tulisan berwarna merah “Sulawesi Tenggara” yang menunjukkan : inilah lambang dari Sulawesi Tenggara, lambang mana adalah menjiwai setiap warga Sulawesi Tenggara di waktu apa dan di tempat manapun ia berada. Warna merah melambangkan berani mempertahankan yang hak.
Warna ada empat macam warna sesuai dengan pembagian perisai menunjukkan bahwa pada waktu dibentuknya Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi empat daerah.
* Hijau, adalah pelambang kesuburan, dan warna ini menunjukkan Kabupaten Kendari. Bahwa di Kabupaten Kendari baik untuk masa kini maupun masa-masa yang akan datang, cukup banyak tersedia tanah-tanah pertanian yang dapat ditanami dengan segala macam bahan-bahan makanan dan bahan-bahan kebutuhan pokok lainnya. Selanjutnya warna hijau ini menunjukkan warna hutan. Kabupten Kendari cukup banyak hutannya yang menghasilkan berbagai macam kayu-kayuan yang membutuhkan pengolahan, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun keluar negeri. Warna hijau melambangkan do’a harapan dan kepercayaan.
* Coklat, adalah menunjukkan tanah berwarna coklat yang mengandung nikel dan terdapat di Kabupaten Kolaka. Sebagaimana diketahui bahwa nikel adalah merupakan kebutuhan dunia, dimana nikel yang terdapat di Kabupaten kolaka mempunyai daerah yang cukup luas serta kadar yang tinggi. Dengan nikel ini, Sulawesi Tenggara sudah dikenal dengan dunia luar.
* Kuning, adalah menunjukkan warna kayu jati yang terdapat di Kabupaten Muna. Kayu jati termasuk salah satu jenis kayu yang disenangi di dalam dan di luar negeri. Melalui kayu jati dari pulau Muna Sulawesi Tenggara di kenal oleh daerah-daerah lain di Indonesia maupun oleh dunia luar. Warna kuning melambangkan kejayaan masa silam, sekarang dan masa mendatang, keluhuran yang bijaksana dan cendikia.
* Hitam, adalah menunjukkan warna aspal yang terdapat cukup banyak di Kabupaten Buton. Aspal Buton ini sudah dikenal sejak dahulu dan telah memberikan andilnya pada pembangunan tanah air kita khususnya di bidang prasarana jalan. Warna hitam melambangkan kemantapan, keteguhan dan kekekalan.
Keempat macam warna ini selain melambangkan jumlah kabupaten yang ada di Sulawesi Tenggara dewasa ini, juga sekaligus menunjukkan potensi yang ada didaerah ini cukup banyak, yang memberikan jaminan untuk masa depan daerah ini guna tercapainya kemakmuran dan keadilan yang diidam-idamkan.
Makna dan pengertian yang dikandung “padi dan kapas” secara nasional telah dikenal sebagai lambang untuk kemakmuran dan keadilan. Butir padi yang terdiri dari 17 butir, melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau 4 dan biji putih 5 melambangkan tahun 45. Hal ini mengingatkan Hari Proklamasi Negara RI 17 Agustus 1945.
Mata rantai yang disambung menjadi satu yang berjumlah 27 mata rantai merupakan perlambang persatuan dan kesatuan dari keempat kabupaten di Sulawesi Tenggara, yang dalam gerak langkah perjuangannya telah mempunyai kesatuan derap dan nada, yakni pembangunan di segala bidang; hal ini mengingatkan hari kelahiranProvinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 27 April 1964.
Kepala Anuang, mempunyai dua macam pengertian :
1. Bahwa anuang adalah suatu binatang yang mempunyai ciri khas yaitu : ulet, gesit dan militan.
2. Bahwa Anuang itu hanya terdapat di Sulawesi Tenggara pada khususnya dan Sulawesi pada umumnya. Jadi perlambang sebagai ciri spesifik untuk Sulawesi Tenggara.
Warna putih, yang menjadi dasar dari kepala Anuang menunjukkan kesucian dan kebersihan, itikad baik secara tulus ikhlas bagi warga Sulawesi Tenggara dalam melaksanakan pengabdiannya untuk kemajuan daerah dan perkembangan daerah Sualwesi Tenggara pada khususnya dan Negara Republik Indonesia pada umumnya warna putih melambangkan kesucian dan bersih tanpa pamrih.
Warna Biru Laut, mempunyai tiga macam pengertian :
* Yang menjadi dasar dari pada Daerah Sulawesi Tenggara ini menunjukkan makna sebagian dari alam geografisnya terdiri dari gugusan pulau yang dipisahkan oleh laut-laut yang penuh dengan kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
* Bahwa masyarakat Sulawesi Tenggara memiliki jiwa pelaut yang ulung.
* Warna biru laut melambngkan sifat kesetiaan, keluhuran dan kejujuran dalam pengabdiannya.
Warna ada empat macam warna sesuai dengan pembagian perisai menunjukkan bahwa pada waktu dibentuknya Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi empat daerah.
* Hijau, adalah pelambang kesuburan, dan warna ini menunjukkan Kabupaten Kendari. Bahwa di Kabupaten Kendari baik untuk masa kini maupun masa-masa yang akan datang, cukup banyak tersedia tanah-tanah pertanian yang dapat ditanami dengan segala macam bahan-bahan makanan dan bahan-bahan kebutuhan pokok lainnya. Selanjutnya warna hijau ini menunjukkan warna hutan. Kabupten Kendari cukup banyak hutannya yang menghasilkan berbagai macam kayu-kayuan yang membutuhkan pengolahan, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun keluar negeri. Warna hijau melambangkan do’a harapan dan kepercayaan.
* Coklat, adalah menunjukkan tanah berwarna coklat yang mengandung nikel dan terdapat di Kabupaten Kolaka. Sebagaimana diketahui bahwa nikel adalah merupakan kebutuhan dunia, dimana nikel yang terdapat di Kabupaten kolaka mempunyai daerah yang cukup luas serta kadar yang tinggi. Dengan nikel ini, Sulawesi Tenggara sudah dikenal dengan dunia luar.
* Kuning, adalah menunjukkan warna kayu jati yang terdapat di Kabupaten Muna. Kayu jati termasuk salah satu jenis kayu yang disenangi di dalam dan di luar negeri. Melalui kayu jati dari pulau Muna Sulawesi Tenggara di kenal oleh daerah-daerah lain di Indonesia maupun oleh dunia luar. Warna kuning melambangkan kejayaan masa silam, sekarang dan masa mendatang, keluhuran yang bijaksana dan cendikia.
* Hitam, adalah menunjukkan warna aspal yang terdapat cukup banyak di Kabupaten Buton. Aspal Buton ini sudah dikenal sejak dahulu dan telah memberikan andilnya pada pembangunan tanah air kita khususnya di bidang prasarana jalan. Warna hitam melambangkan kemantapan, keteguhan dan kekekalan.
Keempat macam warna ini selain melambangkan jumlah kabupaten yang ada di Sulawesi Tenggara dewasa ini, juga sekaligus menunjukkan potensi yang ada didaerah ini cukup banyak, yang memberikan jaminan untuk masa depan daerah ini guna tercapainya kemakmuran dan keadilan yang diidam-idamkan.
Makna dan pengertian yang dikandung “padi dan kapas” secara nasional telah dikenal sebagai lambang untuk kemakmuran dan keadilan. Butir padi yang terdiri dari 17 butir, melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau 4 dan biji putih 5 melambangkan tahun 45. Hal ini mengingatkan Hari Proklamasi Negara RI 17 Agustus 1945.
Mata rantai yang disambung menjadi satu yang berjumlah 27 mata rantai merupakan perlambang persatuan dan kesatuan dari keempat kabupaten di Sulawesi Tenggara, yang dalam gerak langkah perjuangannya telah mempunyai kesatuan derap dan nada, yakni pembangunan di segala bidang; hal ini mengingatkan hari kelahiranProvinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 27 April 1964.
Kepala Anuang, mempunyai dua macam pengertian :
1. Bahwa anuang adalah suatu binatang yang mempunyai ciri khas yaitu : ulet, gesit dan militan.
2. Bahwa Anuang itu hanya terdapat di Sulawesi Tenggara pada khususnya dan Sulawesi pada umumnya. Jadi perlambang sebagai ciri spesifik untuk Sulawesi Tenggara.
Warna putih, yang menjadi dasar dari kepala Anuang menunjukkan kesucian dan kebersihan, itikad baik secara tulus ikhlas bagi warga Sulawesi Tenggara dalam melaksanakan pengabdiannya untuk kemajuan daerah dan perkembangan daerah Sualwesi Tenggara pada khususnya dan Negara Republik Indonesia pada umumnya warna putih melambangkan kesucian dan bersih tanpa pamrih.
Warna Biru Laut, mempunyai tiga macam pengertian :
* Yang menjadi dasar dari pada Daerah Sulawesi Tenggara ini menunjukkan makna sebagian dari alam geografisnya terdiri dari gugusan pulau yang dipisahkan oleh laut-laut yang penuh dengan kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
* Bahwa masyarakat Sulawesi Tenggara memiliki jiwa pelaut yang ulung.
* Warna biru laut melambngkan sifat kesetiaan, keluhuran dan kejujuran dalam pengabdiannya.
Letak Wilayah Sulawesi Tenggara di Wilayah Indonesia

Provinsi Sulawesi Tenggara di Indonesia
Provinsi Sulawesi Tenggara dilihat dari peta pulau Sulawesi di Jazirah Tenggara. Akan tetapi bila dilihat dari sudut geografis, maka Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara terletak di bagian Selatan garis Khatulistiwa yang memanjang dari Utara ke Selatan diantara 3 derajat L.S sampai 6 derajat L.S dan melebar dari Barat ke Timur diantara 120 0 45' Bujur Timur sampai 124 0 60' Bujur Timur.
Di samping itu dari letak geografis, maka wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai Batas-Batas di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah, di sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores. Sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda dan di sebelah Barat Berbatasan dengan Teluk Bone
Luas Wilayah
Provinsi Sulawesi Tenggara yang mencakup wilayah daratan (Jazirah) dan kepulauan memiliki wilayah seluas kurang lebih 38.140 km2. Sedangkan wilayah perairan (Laut) diperkirakan seluas kurang lebih 114.876 km 2 .
Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi daratan Konawe dan Kolaka. Sedangkan kepulauan meliputi Pulau Buton dan Pulau Muna serta pulau-pulau kecil yang tersebar di bagian Selatan dan Tenggara yaitu Pulau Wawonii, Pulau Labengki, Pulau Karame, Pulau Bawulu, Pulau Bokori, Pulau Saponda Barat, Pulau Saponda Laut, Pulau Hari, Pulau Lua Cempedak, Pulau Padamarang Labasina Besar, Pulau Labasina Kecil, Pulau Maniang, Pulau Buaya, Pulau Lemo, Pulau Pisang, Pulau Muna, Kepulauan Tiworo (Pulau Maginti, Pulau Balu, Pulau Katela, Pulau Mandi, Pulau Bero, Pulau Rangku, Pulau Maloang, Pulau Gola, Pulau Kayu Angin, Pulau Tabuang), Pulau Tobea Besar, Pulau Tobea Kecil, Pulau Wataitonga, Pulau Kaholifano, Pulau Bakealu, Pulau Buton, Pulau Kabaena, Pulau Telaga Besar, Pulau Telaga Kecil, Pulau Sagori, Pulau Damalawa, Pulau Masaloka, Pulau Tambako, Pulau Makassar, Pulau Kadatua, Pulau Siompu, Pulau Batu Atas, Pulau Wakiwolu, Pulau Lentea, Pulai Wanci, Pulau Kaledupa, Pulau Langee, Pulau Hoga, Pulau Tomia, Pulau Runduma, Pulau Binongko dan Pulau Kawi-Kawia.
Kondisi Topografi
Wilayah Sulawesi Tenggara, pada umumnya memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang, dan berbukit, sedangkan permukaan tanah pegunungan yang relatif rendah yakni sekitar 1.868.860 hektar sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 meter diatas permukaan laut dengan tingkat kemiringan mencapai 40 derajat.
Ditinjau dari sudut geologis, bantuan di Provinsi Sulawesi tenggara terdiri atas bantuan sedimen, bantuan metamorfosis dan bantuan beku. Dari ketiga jenis bantuan tersebut, bantuan sedimen merupakan bantuan yang terluas yaitu sekitar 2.878.790 hektar atau sebesar 75,47 persen. Sementara itu, jenis tanah di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari tanah podzolik seluas 2.394.698 ha (62,79 persen), tanah mediteran seluas 839.078 ha (22,00 persen), tanah latosol seluas 330.182 ha (8,66 persen), tanah organosol seluas 111.923 ha (2,93 persen), tanah aluvial seluas 117.830 ha (3,09 persen), dan tanah grumosal seluas 20.289 ha (0,53 persen).
Selain wilayah daratan, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki wilayah perairan yang sangat potensial. Perairan Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari sungai dan laut. Beberapa sungai besar yaitu: sungai konaweha, Sungai Lasolo, Sungai Roraya, dan Sungai Sampolawa.
Sementara itu di Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat kawasan pesisir dan laut yang diperkirakan mencapai 110.000 km 2 . kawasan pesisir dan laut tersebut, pada saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal, baik untuk pengembangan usaha perikanan, prasarana transportasi, maupun dalam hal pengembangan wisata bahari. Dalam pengelolaan potensi sumberdaya tanah dan air tersebut, belum memperhatikan aspek kelestarian lingkungan secara optimal, khususnya kerusakan kawasan hutan, tanah, daerah aliran sungai serta kawasan pesisir dan laut. (Sumber BAPPEDA Prov. Sultra)
Keadaan Musim
Keadaan musim Provinsi Sulawesi Tenggara ada dua yaitu musim hujan terjadi antara bulan November dan Maret sedangkan musim kemarau terjadi bulan Mei dan Oktober.
Curah hujan tidak merata, hal ini menimbulkan adanya wilayah daerah basah dengan curah hujan lebih dari 2.000 mm pertahun, sedangkan wilayah semi kering curah hujan kurang dari 2.000 mm pertahun.
Karena wilayah daratan Sultra mempunyai ketinggian umumnya di bawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa maka Prov. Sultra beriklim tropis.
Selama tahun 2005 suhu udara mencapai 13 m/detik dan tekanan udara mencapai 1.010,5 milibar.
Potensi Flora dan Fauna Sulawesi Tenggara
Pulau Sulawesi memiliki arti yang strategis di dalam kegiatan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, karena mempunyai keanekaragaman Jenis flora fauna yang khas dan tidak terdapat di tempat lain. Hal ini disebabkan karena Sulawesi (bersama Maluku dan Nusa Tenggara) terletak di wilayah Wallacea (Wal1acea region), yakni daerah di antara garis Wallacea dan garis Weber yang memisahkan daerah biogeografi Indomalaya di sebelah Barat dan Australasia di sebelah Timur.
Beberapa jenis satwa endemik Sulawesi yang terdapat di Sulawesi Tenggara, antara lain anoa dataran tinggi, anoa dataran rendah, babirusa, maleo, dan monyet hitam Sulawesi. Menurut Sujatnika dkk (1995) beberapa jenis burung endemik Sulawesi yang terdapat di Semenanjung Tenggara Sulawesi adalah: elang alap kecil (Accipter nanus), maleo senkawor (Macrocephalon maleo), mandar dengkur (Aramidopsis plateni), kareo Sulawesi (Amauromis isabellina), pergam tutu (Ducula forsteni), delimukan Sulawesi (Gallicomba tristigmata), serindit paruh merah (Loriculus exllis), pungguk oker (Ninox ochracea), cekakak hutan tungging hijau (Actenoides monachus), cirik-cirik pasa (Meropogon forsteni), kepodang-sungu biru (Coracina temminckii), sikatan leher merah (Ficedula rufigula), kacamata perut pucat (Zosterops consobrinorum), dan raja perling Sulawesi (Basilornis celebensis).
Sedangkan menurut BAPPENAS (1993), jenis-jenis burung endemik Sulawesi yang beberapa species terdapat di TN Rawa Aopa Watumohai dan atau Pulau Muna dan Buton adalah sebagai berikut: Spilornis rufipectus, Accipiter griseiceps, Accipiter rhodogaster, Macrocephalon maleo, Turacoena manadensis, Ducula luctosa, Trichoglossus ornatus, Prioniturus platurus, Loriculus stigmatus, Tanygnathus sumatranus, Paenicophaeus calorynchus, Centropus celebensis, Pelargopsis melanorhyncha, Coracias temminckii, Penelopides exarhatus, Rhyticeros cassidix, Mul1eripicus fulvus, Corracina bicolor, C. leucopya, Dicaeum aureolimbatum, D. celebicum, Scissirostrum dubium, dan Corvus typicus.
Kecuali burung, beberapa jenis mammalia endemik Sulawesi terdapat di Sulawesi Tenggara (BAPPENAS, 1993), yakni: kuskus (Phalanger ursinus), monyet hitam Sulawesi (Macaca ochreata), Prosciurillus abstrusus, Sus celebensis, babirusa (Babyrousa babirusa), anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis), dan anoa dataran tinggi (Bubalus quarlesi).
Sebagai upaya pengawetan keanekaragaman jenis flora dan fauna, Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah peraturan perundangan untuk melindungi beberapa jenis satwa dan tumbuhan dari ancaman kepunahan sebagai akibat aktivitas perdagangan, perburuan, dan penangkapan/koleksi secara illegal. Beberapa jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi tersebut terdapat di Sulawesi Tenggara
Tabel Jenis-Jenis Flora dan Fauna Dilindungi Undang-Undang yang Terdapat di Propinsi Sulawesi Tenggara
No | Jenis | Nama Indonesia | Nama Latin | Nama Inggris |
1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
I | FLORA | Kayu Kuku Kasumeeto | Pericopsis moniana Dyospyros malabarica | |
II | FAUNA Mamalia Reptilia Aves Mollusca Arthropoda | Rusa Anoa dataran rendah Anoa dataran tinggi Babirusa Bajing tanah Kera hitam Sulawesi Musang Sulawesi Kus-Kus Buaya muara Sanca bodo Soa-soa Penyu belimbing Penyu tempayan Maleo Rangkong Itik Liar Elang laut perut putih Bangau hitam Raja udang Pelatuk besi Bangau tongtong Kuntul kecil Kuntul kerbau Pecuk ular Ibis hitam Mandar Sulawesi Nuri Sulawesi Wili-Wili Dara laut/camar Burung hantu Burung madu Bintayung Serindit Sulawesi Kasturi Akar bahar Kima raksasa Kima sisik Triton terompet Kepala kambing Batu laga, siput hijau Troka, susu bundar Nautilus berongga Kepiting kepala | Cervus timorensis Bubalus depressicornis Bubalus quarlesi Babyrousa babyrussa Lariscus insignis Macaca ochreata Macrogalidia musschenbroeki Phalanger ursinus Crocodylus porosus Python molurus Hidrosaurus amboinensis Dermochelys coriacea Caretta caretta Macrochepalon maleo Aceros cassidix Cairina scutulata Haliastus leucogaster Ciconia episcopus Halycon funebris Threskionis aetiopcius Leptoptilos javanicus Egretta garsetta Egretta ibis Anhinga melanogaster Plegadis falcinellus Aramidopsis plateni Tanygnathus sumatranus Esacus magnirostris Sternidae Strigidae Nectariniidae Eregeta andrewsi Loriculus exilis Trichoglossus ornatus Anthipates spp Tridacna gigas Tridacna squamosa Charonia tritonis Cassis cornuta Turbo marmoratus Trochus niloticus Nautilus pompilus Birgus latro | Deer Low land Anoa High land Anoa Babyrussa Tree-striped Ground Squirrel Black Ape, Buton Macaque Celebes Palm Civet Bear Phalanger Estuarine Crocodile Indian Python/Rock Python Soil Lizard Leather Back Turtle Red brown Longerhead Maleo Bird Hornbill White-winged (wood) Duck White-billied Sea Eagle Woolly-necked Stork Kingfishers Sacred Ibis Lesser Adjutant Stork Snowy Egret Cattle Egret Oriental Darter Glossy Ibis Snoring Rail Muller’s Parrot Great roef thick-knee Terns Typical Owls Sunbird Andrews Frigate Bird Green-hanging Parrot Ornate Lorikeet Black coral Giant Clam Scaly Clam Triton’s Thrumpet Giant helmet Shell Green Snail Mother of pearl Pearly/Chambered Nautilus Coconut Robber Crab |
Sumber data: Sub BKSDA Sultra tahun 1996 dan sumber lainnya
Flora Identitas Daerah Sulawesi Tenggara adalah Anggrek Serat (Diplocaulobium utile Krzl.) yang termasuk Suku Orchidaceae. Anggrek ini banyak dimanfaatkan untuk bahan dasar anyaman tradisional yang khas, dibentuk untuk kotak perhiasan, tas tangan, dan untuk hiasan tepi tikar. Cara pengolahannya adalah. umbi semunya dikumpulkan untuk dibelah-belah memanjang dan dipipihkan. Pita-pita yang diperoleh sewaktu masih basah dililitkan pada sebatang balok bulat, sesudah kering akan terbentuk bahan anyaman yang halus, mengkilap, dan kuning keemasan serta dapat diwarnai. Karena bahan bakunya makin sukar diperoleh di lapangan, maka hasil kerajinan dari bahan Anggrek Serat tersebut menjadi mahal. Tumbuhan epifit ini umbi semunya tumbuh merumpun dengan rimpang beruas pendek sehingga membentuk roset seperti paku sarang burung dan menarik untuk dipelihara sebagai tanaman hias. Daunnya tunggal berbentuk lanset, bunganya keluar dari lipatan pangkal daun, berkelopak dan daun mahkota yang sempit .memanjang berwarna kekuningan. Bunga muncul setelah penurunan suhu malam hari yang cukup rendah. Dalam setahun dapat berbunga 3 kali atau lebih. Anggrek serat dapat dikembangbiakkan dengan membelah-belah rumpunnya, atau dengan bijinya. Diplocaulobium utile belum banyak dibudidayakan karena bunganya tidak tahan lama. Anggrek ini tumbuh baik di daerah panas, pada ketinggian 0- 150 m dpl. Sinonim untuk Anggrek Serat dengan nama marga berbeda adalah Dendrobium utile Kerabat-kerabat dekat anggrek tersebut tersebardi Sulawesi dan Irian Jaya.Fauna Identitas Daerah Sulawesi Tenggara adalah Anoa (Bubalus depressicornis (H.Smith) yang termasuk suku Bovidae. Binatang ini mirip kerbau tetapi pendek serta lebih kecil ukurannya, kira-kira sebesar kambing. Panjang badan kurang lebih 175 cm, dengan tinggi 80 cm, dan beratnya sekitar 200 kg. Anoa binatang berkuku genap, di setiap kakinya terdapat 4 buah kuku, dua kuku di belakang lebih kecil dan tidak memecah tanah. Rambut badannya halus, warna bervariasi dari coklat hingga coklat tua kehitam-hitaman. Umumnya yang jantan berwarna lebih gelap dari pada betina. Anak anoa mempunyai bulu halus yang tebal berwarna coklat keemasan. Kepala anoa bertanduk pendek 2 buah, berbentuk lurus ke belakang serta meruncing dan agak memipih serta berlobang di tengah. Tanduk ini merupakan senjata untuk mempertahankan diri. Satwa ini bisa menjadi berbahaya apabila terdesak. Habitat anoa adalah di hutan dataran rendah dan hutan berawa-rawa. Binatang ini suka berkubang di lumpur dan merendam diri di air waktu pagi dan sore hari. Makanannya berupa rumput-rumputan, pucuk tumbuhan lain. Anoa merupakan satwa endemic Sulawesi dan telah dilindungi berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang Liar 1931 No.266
Pertambangan Sulawesi Tenggara

Kebijakan Pembangunan Pertambangan di Sulawesi Tenggara
• Penataan fungsi kawasaan hutan melalui perubahan tata ruang wilayah sulawesi tenggara
• Penataan kembali lahan-lahan konsesi pertambangan
• Mendorong pembangunan industri pengolahan guna memperluas kesempatan kerja dan multiplier effect lainnya
• Mendorong investor untuk menyisihkan keuntungannya kepada pembangunan kesejahteraan masyarakat secara langsung
• Mengembangkan kawasan industri pertambangan nasional
Berdasarkan kebijakan tersebut maka Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara mencanangkan areal pengelolaan kawasan hutan seluas 481 ribu ha yang akan dimanfaatkan untuk kebutuhan areal pertambangan, pertanian dan perkebunan dalam rangka mewujudkan kawasan industri pertambangan nasional.
Aspal Curah

Aspal Curah dengan deposit 3,8 milyar ton penyebarannya di Pulau Buton (Kabupaten Buton dan Buton Utara)
- Ereke : 170 juta ton
- Lawele : 210 juta ton
- Siontopina & Ulala : 220 juta ton
- Kabungka : 60 juta ton
Habisnya deposit : 660 juta ton 2 juta ton/thn = 330 tahun lagi.
Nikel (ore)

Deposit = 97,4 milyaran ton penyebaran di Kabupaten Kolaka Utara, Kolaka, Konawe Utara, Konawe Selatan, Konawe, dan Bombana (Pulau Kabaena).
Emas

Emas estimasi deposit = 1,125 juta ton. Penyebaran di Kabupaten Bombana dan Wawonii serta beberapa kabupaten lain yang sedang diteliti.
Potensi tambang lainnya :
Pasir kuarsa 5 milyar m3

Marmer 206 miltar m3

Lempung 884 milyar m3

Oniks 547 ribu m3
Gamping 1,6 trilyun m3

Mangan 6.000 ha di kab. buton
Pasir besi di Kab. Buton, Kab. Konawe Utara, Kab. Konawe dan Kab. Bombana

Fosfat di Kab. Buton

Kromit luas penyebaran 2.000 - 2.500 ha
magnesit Kab. Kolaka Utara, Kab.Kolaka, Kab. Konawe dan Kab. Bombana
Listrik

Kondisi kelistrikan Sulawesi Tenggara
• kapasitas terpasang sebesar 115,569 mw
• rasio elektrifikasi sebesar 41 %, tahun 2009 (37,16 %, tahun 2007) (nasional 65,10 %)
rasio desa terlistrik Cabang Kendari 77,52 %. Cabang Bau – bau 56,20 % (295 desa). Penambahan pembangkit sebesar 30,5 mw pada tahun 2010. Prediksi kebutuhan listrik untuk pengembangan Sultra menjadi pusat industri pertambangan nasional : untuk smelter dan refinery sebesar 640 mw untuk pabrik baja (stainles steel) sebesar 230 mw total 870 mw
Potensi Energi
Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air :
Sungai Lasolo : 90 mega watt
Sungai Konaweha : 24 mega watt
Sungai Tamboli : 25,8 mega watt
Sungai Lalindu : 100 mega watt
Sungai Konaweha : 24 mega watt
Sungai Tamboli : 25,8 mega watt
Sungai Lalindu : 100 mega watt
Potensi Panas Bumi :

Lainea : 60 mwe
Mangolo : 50 mwe
Mangolo : 50 mwe