Wasilomata Map
https://www.google.com/maps/place/Sulawesi+Tenggara/@-4.4920258,120.4960414,7z/data=!3m1!4b1!4m5!3m4!1s0x2d98ecde0b6b7183:0x621d7c439f04a4ed!8m2!3d-4.14491!4d122.174605
sejarah
ASAL MULA TERJADINYA PULAU BUTON
OLEH : ALI HABIU
Berdasarkan Risalah RabbiKU Nomor : 0,1,2,3 "Onemillion Phenomena" oleh Fahmi Basya, edisi syawal 1404 hijriah atau tahun 1983 masehi. Dalam risalah ini dikisahkan asal mula terjadinya pulau Buton adalah akibat dari pergerakan lempeng kulit bumi poros Ka'bah-Thuur. Dataran arabia adalah merupakan kecepatan awal pergerakan kulit bumi mengarah ke timur laut Sulawesi. Pulau Sulawesi diambil sebagai standar, mengingat Sulawesi berada ditengah-tengah antara Mekka (dataran arab) dengan pulau Toamoto (dalam al-qur'an disebut Thuur) yang berada di laut Pasifik Selatan 180 derajat dari Ka'bah. Dan tepatnya adalah sekitar pulau Buton di Sulawesi Tenggara. Perlu diketahui bahwa kecepatan awal hanya sama pada radius-radius yang sama, sehingga kecepatan awal terbesar terdapat pada daerah Equator ketika Ka'bah-Thuur sebagai sumbu bumi. Semakin dekat pada kedua kutub, gerak sisa akan semakin kecil. Oleh sebab itu di Pasifik cenderung untuk menjadi satu lempeng Tektonik yang berputar dengan pusat Toamoto. Demikian juga lempeng Tektonik Arabia cenderung untuk berputar ditempat dengan pusat Ka'bah, sehingga ia menyebabkan Laut Kaspia bertambah besar. Sedangkan gerak lempeng Tektonik Pasifik menyebabkan danau-danau di San Pransisco seperti permen karet ditarik, karena lempeng Amerika telah berada di atas lempeng Tektonik Pasifik. Gerak sisa pada kulit bumi dari poros artik-antartik adalah kecepatan akhir yang mengarah ke barat Sulawesi. Resultanta antara kecepatan awal dan kecepatan akhir adalah kecepatan tujuan yang mengarah ke Barat Laut. Dan perlu diketahui bahwa besar kecepatan tujuan dan arahnya berbeda-beda sesuai dengan seperangkat kecepatan akhir dan kecepatan awal serta arahnya. Sehingga dipermukaan bumi berbagai kecepatan gerak lempeng Tektonik yang saling menjauh, saling mendekat, saling bergeseran hingga membentuk gunung, bukit, daerah retak, lembah, danau dan lain-lain. Pada daerah sekitar Sulawesi, gaya kecepatan awal dan kecepatan tujuan itu terlihat jelas. Akibat kecepatan tujuan, Sulawesi bergerak menjauhi tenggara. Bentuk pulau inipun masih memperlihatkan bentuk bongkok akibat dari menjauhi pulau Buton. Buton berasal dari bahasa Arab "Buthuun" yang berarti "Perut-Perut". Kalau pulau Buton ini diistilahkan oleh Rasulullah Muhammad SAW sebagai "Al-Bathniy" atau "hurup Mim" pada pusat (perut) manusia, maka timbul pertanyaan ; Apa hubungannya Laut Kaspia dengan pulau Buton?.
Bila kita membuka peta bumi (world map), perhatikan laut kaspia di dataran Arabia, relief dan struktur morfologisnya hampir sama dengan pulau Buton.
Oleh karena itu, apakah secara ilmiah memang ada hubungan geologis antara pulau Buton dengan Laut Kaspia yang terdapat di dataran Arab?. Para peneliti geologi dari Guelph University Toronto Canada sekitar tahun 1993 lalu telah melakukan penelitian struktur batuan yang terdapat di pulau Buton.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa struktur batuan pulau Buton sama dengan yang terdapat di dataran Arab dengan usia sekitar 138 juta tahun. Masih diperlukan studi lebih lanjut oleh para ilmuwan untuk menguak tabir ini sehingga Bangsa Arab tau bahwa ada bagian mereka yang hilang dan yang hilang itu ada di pulau Buton. Demikian pula untuk pulau Muna, reliefnya hampir sama dengan Laut Hitam dan usia batuannya diperkirakan 143 juta tahun lebih tua dari pulau buton.****
Berdasarkan Risalah RabbiKU Nomor : 0,1,2,3 "Onemillion Phenomena" oleh Fahmi Basya, edisi syawal 1404 hijriah atau tahun 1983 masehi. Dalam risalah ini dikisahkan asal mula terjadinya pulau Buton adalah akibat dari pergerakan lempeng kulit bumi poros Ka'bah-Thuur. Dataran arabia adalah merupakan kecepatan awal pergerakan kulit bumi mengarah ke timur laut Sulawesi. Pulau Sulawesi diambil sebagai standar, mengingat Sulawesi berada ditengah-tengah antara Mekka (dataran arab) dengan pulau Toamoto (dalam al-qur'an disebut Thuur) yang berada di laut Pasifik Selatan 180 derajat dari Ka'bah. Dan tepatnya adalah sekitar pulau Buton di Sulawesi Tenggara. Perlu diketahui bahwa kecepatan awal hanya sama pada radius-radius yang sama, sehingga kecepatan awal terbesar terdapat pada daerah Equator ketika Ka'bah-Thuur sebagai sumbu bumi. Semakin dekat pada kedua kutub, gerak sisa akan semakin kecil. Oleh sebab itu di Pasifik cenderung untuk menjadi satu lempeng Tektonik yang berputar dengan pusat Toamoto. Demikian juga lempeng Tektonik Arabia cenderung untuk berputar ditempat dengan pusat Ka'bah, sehingga ia menyebabkan Laut Kaspia bertambah besar. Sedangkan gerak lempeng Tektonik Pasifik menyebabkan danau-danau di San Pransisco seperti permen karet ditarik, karena lempeng Amerika telah berada di atas lempeng Tektonik Pasifik. Gerak sisa pada kulit bumi dari poros artik-antartik adalah kecepatan akhir yang mengarah ke barat Sulawesi. Resultanta antara kecepatan awal dan kecepatan akhir adalah kecepatan tujuan yang mengarah ke Barat Laut. Dan perlu diketahui bahwa besar kecepatan tujuan dan arahnya berbeda-beda sesuai dengan seperangkat kecepatan akhir dan kecepatan awal serta arahnya. Sehingga dipermukaan bumi berbagai kecepatan gerak lempeng Tektonik yang saling menjauh, saling mendekat, saling bergeseran hingga membentuk gunung, bukit, daerah retak, lembah, danau dan lain-lain. Pada daerah sekitar Sulawesi, gaya kecepatan awal dan kecepatan tujuan itu terlihat jelas. Akibat kecepatan tujuan, Sulawesi bergerak menjauhi tenggara. Bentuk pulau inipun masih memperlihatkan bentuk bongkok akibat dari menjauhi pulau Buton. Buton berasal dari bahasa Arab "Buthuun" yang berarti "Perut-Perut". Kalau pulau Buton ini diistilahkan oleh Rasulullah Muhammad SAW sebagai "Al-Bathniy" atau "hurup Mim" pada pusat (perut) manusia, maka timbul pertanyaan ; Apa hubungannya Laut Kaspia dengan pulau Buton?.
Peta Laut Kaspia di Arabia
Oleh karena itu, apakah secara ilmiah memang ada hubungan geologis antara pulau Buton dengan Laut Kaspia yang terdapat di dataran Arab?. Para peneliti geologi dari Guelph University Toronto Canada sekitar tahun 1993 lalu telah melakukan penelitian struktur batuan yang terdapat di pulau Buton.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa struktur batuan pulau Buton sama dengan yang terdapat di dataran Arab dengan usia sekitar 138 juta tahun. Masih diperlukan studi lebih lanjut oleh para ilmuwan untuk menguak tabir ini sehingga Bangsa Arab tau bahwa ada bagian mereka yang hilang dan yang hilang itu ada di pulau Buton. Demikian pula untuk pulau Muna, reliefnya hampir sama dengan Laut Hitam dan usia batuannya diperkirakan 143 juta tahun lebih tua dari pulau buton.****
Label:
sinar matarahi hijau

Beliau menyatakan bahwa bukan “pencipta”, melainkan “penggali”. Bila disusun secara logika, beliau mula-mula menggali menemukan merumuskan mengutarakan. Mari telaah kata menggali disini. Dengan apakah dan bagaimana Bung Karno menggali isi jiwa bangsa Indonesia? Hanya sekedar RASIO-kah? Apa hanya dengan membaca, menganalisis, merenungkan bertahun-tahun? Mengingat pada zamannya dijumpai buku-buku dengan beragam bahasa seperti bahasa Barat (Belanda, Perancis, Jerman, dll) atau bahasa Melayu-Jawa Kuno (Kawi) dan Sansekerta, yang sangat sulit dipahami? Akankah semua bacaan itu bisa ditelaah oleh Bung Karno secara tepat, mengingat beliau hanya manusia biasa yang juga punya keterbatasan kemampuan? Lalu bagaimana dengan waktu yang dimiliki Bung Karno mengingat kesibukannya sebagai aktivis dan pejuang kemerdekaan yang kerap dihukum dan diasingkan? Dan kondisi saat beliau hidup dipengasingan, penjara Sukamiskin-Bandung lalu di Ende dan Bengkulu, apakah fasilitas minimal lampu/penerangan bisa membantu Bung Karno dalam membaca dan mencari informasi sebagai dasar lahirnya pemikiran tentang PANCASILA?
Jadi pernyataan bahwa PANCASILA adalah Isi Jiwa bangsa Indonesia benar adanya karena didapat bukan hasil dari Karya, Cipta, Rasa dan hasil Pemikiran seorang Bung Karno, tetapi dari KALBU SANUBARI yang telah berurat akar dalam darah seorang Bung Karno Sang PUTRA BUTON.
Yang dimaksud oleh beliau adalah perut bumi PULAU BUTON, dari negeri inilah sesungguhnya Beliau mendapatkan falsafah hidup (Way Of Life) dari Bangsa Indonesia. Sebelum telaah lebih jauh mengapa DAARIL BUTHUUNII yang dimaksud oleh Beliau sebagai perut bumi bangsa Indonesia, maka kita lihat dari asal usul siapakah Beliau ini.
Dr. Ir. H. Koesno Sosro Soekarno, lahir dari Ibu yang bernama Ida Ayu Nyoman Rai/Sitti Maryam dan Ayah Bung Karno adalah La Ode Muhammad Idris dari Kesultanan Buton, lahir di Buleleng Bali pada 06 Juni 1901. Walaupun fakta sejarah mencatat bila Ayah Bung Karno adalah Raden Sukemi. Bila dijabarkan siapa sebenarnya orangtua biologis Beliau maka didapat fakta sebagai berikut:
Dari pihak Bapak, Bung Karno adalah putra biologis dari La Ode Muhammad Idris/Yarona Imamu Yiambo(Mantan Imam Masjid Agung Keraton Kesulthanan Buton) sementara kakek Beliau adalah Sulthan Buthon XXXII Muhammad Umar Qaimuddin Khalifatul Khamis (Oputa Yi Bariyya, 1887-1904), sementara dari pihak ibu, Ida Ayu Nyoman Rai/ Sitti Maryam adalah putri dari La Jami/ I Nyoman Pasek, yang ternyata kakek dari pihak ibu diketahui masih ada darah Butonnya yaitu Bonto Ogena Yi Gundu-Gundu. Jadi jelas sudah bahwa Bung Karno PUTRA BUTON (Bangsawan Asli) yang juga mengalir darah biru Bangsawan Bali.
Mari kembali pada saat Bung Karno mencetuskan PANCASILA pada sidang BPUKI 29 Mei- 1 Juni 1945, beliau selaku pembicara terakhir dalam pertemuan tersebut mengemukakan lima hal sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme atau Kemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi; Kesejahteraan sosial serta Ketuhanan. Mari kita me Re-Think satu persatu kelima hal yang diungkapkan Bung Karno.
1. KEBANGSAAN INDONESIA (PERSATUAN INDONESIA)
Bangsa, adalah rakyat yang harus dilindungi, dapat dilihat, Bung Karno mengambil prinsip MIA PATAMIANA dan MIA PATAKAOMUNA yang membentuk Bangsa Buton dengan paham kebangsaan “KAMATA MOBHARINA TOO MOSAANGUNA, KAMATA MOSAANGUNA TOO MOBHARINA”(Memandang yang banyak untuk yang satu, dan memandang yang satu untuk yang banyak) Satu Bangsa, Bangsa Buton; Satu Tanah Air, Tanah Wolio; Satu Bahasa, Bahasa Buton/Wolio yang kemudian diaplikasikan menjadi Satu Bangsa, Bangsa Indonesia; Satu Tanah Air, Tanah Air Indonesia; Dan Satu Bahasa, Bahasa Indonesia
2. INTERNASIONALISME ATAU KEMANUSIAAN (KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB)
Sikap saling menghargai, dan hal ini Bung Karno mengadopsi SYARA PATAANGUNA (Empat Pegangan Dasar), BHINCI-BHINCI KULI yang meliputi :
a. POMAA-MAASIAKA(Sikap saling menyayangi dan kasih mengasihi)
b. POANGKA-ANGKATA (Sikap saling menghormati)
c. POPIA-PIARA (Sikap Saling memelihara dan Menjaga)
d. POMAE-MAEKA (Sikap saling segan menyegani dan takut terhadap sesama)
3. MUFAKAT ATAU DEMOKRASI (KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT
KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN)
Azas mufakat dan musyawarah ini mencontoh system yang dilakukan oleh MIA PATAMIANA dan MIA PATAKAOMUNA pada saat pembentukan Kerajaan/Keratuan dan mengangkat WA KAAKAA sebagai RATU/RAJA BUTON pertama, dimana asas musyawarah ini diangkat dari SYARA PATAANGUNA, POANGKA-ANGKATA (Sikap saling menghormati, saling meninggikan derajat sesama)
4. KESEJAHTERAAN SOSIAL (KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA)
Bagi Bung Karno, kesejahteraan diarahkan kepada kehidupan “Gotong Royong”, sementara dalam falsafah Buton ditegaskan sebagai berikut: “ HAKUMU LAE MUNTUMU, PARAULEAMU PARABUATAMU ”(hakmu adalah untukmu, dan perolehanmu adalah hasil perbuatanmu)
5. KETUHANAN (KETUHANAN YANG MAHA ESA)
Kesulthanan Buton dalam menjalankan pemerintahannya telah menerapkan DEMOKRASI KETUHANAN sejak tahun 1311 M yaitu sebagai berikut:
OPUTA (Ketuhanan)
YINDA-YINDAMO SYARA SOMANAMO AGAMA
(Biar Hilang/Tiada Pemerintahan Tetapi Agama Utuh Berjalan)
YINDA-YINDAMO LIPU SOMANAMO SYARA
(Biar Hilang/Tiada Negeri Yang Penting Pemerintahan Tetap Berjalan)
YINDA-YINDAMO KARO SOMANAMO LIPU
(Biar Diri Hilang/Hancur Tetapi Negeri Utuh Dan Jaya)
YINDA-YINDAMO ARATA SOMANAMO KARO
(Biar Harta Hilang Tapi Martabat Diri Tetap Kokoh)
Selain PANCASILA, BHINEKA TUNGGAL IKA ternyata mengambil filosofis Undang-Undang Kesulthanan Buton yaitu, “TONTOMAKA MOBHARINA TOO MOSAANGUNA, TONTOMAKA MOSAANGUNA TOO MOBHARINA, MAKASU INDA APOSAANGU, AMARIDHO INDA AKOOLOTA” ( Menetap Yang Banyak Untuk yang TUNGGAL, menetap yang TUNGGAL untuk yang banyak, Berdekatan tidak bersekutu, berjauhan tidak berjarak”)
Bung Karno menegaskan bahwa Pancasila adalah Isi Jiwa Bangsa Indonesia, Intisari Peradaban Indonesia, Filsafat Bangsa Indonesia, Kepribadian Bangsa Indonesia serta Landasan Kefilsafatan (‘Weltanschauuung’) Bangsa Indonesia, jadi dapat dilihat bahwa dasar Negara kita bukan berdasarkan filsafat individualism seperti Historis –Materialisme milik Marx, Trias Politica milik Montesquieu, Jhon Locke, Roseau, Kant, Hegal dll, sehingga Bung Karno menolak kalau PANCASILA ini adalah “Filsafat Soekarno” atau “PANCASILA Soekarno” seperti nama para pembesar di atas.
Itu karena Bung Karno benar-benar menyatakan bahwa PANCASILA digali dari Bumi Tanah Buton yang keseluruhannya terinspirasi dari sistem Kenegaraan Kesulthanan Buton.
Wahai Saudara-saudara, teman-teman, adik-adikku yang penulis hormati dan sayangi, tidakkah kalian dan kita semua bangga akan tanah BUTON? Tanah leluhur kita ternyata tanah yang menyimpan 1000 misteri, Tanah yang melahirkan para pembesar di setiap zamannya, yang mungkin kita semua akan menjadi pembesar seperti pendahulu kita di masa depan kelak, tidakkah hati tergerak untuk melestarikan apa yang telah dihasilkan oleh para leluhur kita, yang kemudian oleh Bung Karno selaku PUTRA BUTON digunakan sebagai dasar Negara kita yang juga pernah digunakan Leluhur kita untuk tetap Berjaya hingga sekarang?
Marilah kita mulai menanamkan kecintaan akan tanah leluhur kita Tanah Buton, Tanah Air kita Tanah Air Indonesia dengan melahirkan kesadaran kita bahwa PANCASILA harus lebih dihayati dan diamalkan. Di masa lampau Bangsa Buton bersatu padu mempertahankan PANCASILA, dan di masa kini serta masa yang akan datang kita semua terpanggil untuk kembali mengamalkan PANCASILA, MENGGALI kembali PANCASILA dari kalbu kita. Karena Konsep Bernegara Republik Indonesia yaitu PANCASILA dan BHINEKA TUNGGAL IKA telah mendapat pengakuan dimata dunia khususnya oleh Amerika Serikat dan ini dinyatakan langsung oleh Presidennya Barack Husein Obama (yang juga pernah belajar di Indonesia dan pastinya masih terekam dalam memorinya kelima butir/dasar PANCASILA) pada 10 November 2010 lalu dalam Pidatonya saat memberi kuliah Studium General di Universitas Indonesia, bahwa AS kini menganut dan mempraktekkannya.
Negara Adidaya saja mengakui dan mempraktekkan dasar Negara kita, lalu mengapa kita sebagai pemiliknya tidak mengamalkannya???
Sebuah Tulisan dalam Rangka Memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2011 dan In Memorian Dr. Ir. H. Koesno Sosro Soekarno (6 Juni 1901 – 20 Juni 1970) Sebagai Putra Buton Pencetus Pancasila.
*) Penulis merupakan Staff Persidangan Sekretariat DPRD Kota Baubau.
THINK AND RE THINK "BUNG KARNO PUTRA BUTON"
18 Juni 2011
OLEH : MAWADDATURAHMAH MUIF,S.Sos *)
“Aku
bukan pencipta Pancasila, Pancasila diciptakan oleh bangsa Indonesia
sendiri. Aku hanya menggali Pancasila daripada buminya bangsa
Indonesia. Pancasila terbenam dalam bumi bangsa Indonesia 350 tahun
lamanya,- aku gali kembali dan aku sembahkan Pancasila diatas persada
bangsa Indonesia kembali.".................
Aku
menggali lima mutiara… yang tadinya lima mutiara itu cemerlang tetapi
oleh karena penjajahan asing yang 350 tahun lamanya terbenam kembali di
dalam bumi bangsa Indonesia” (Pidato Bung Karno, 24 Desember 1955,
Surabaya)
Ini adalah salah satu contoh bentuk statement yang diucapkan oleh Bung Karno (Sang Putra Fajar, Pemersatu Nusantara) selaku Presiden Pertama Republik Indonesia, sebagai penolakan bila beliau dipuji atas filsafat Pancasila yang dicetuskannya dalam sidang BPUPKI dalam menentukan dasar Negara pada bulan Mei 1945 silam dan membawa kejayaan Indonesia hingga kini. Beliau selalu dengan tegas menolak untuk disebut sebagai “pencipta” dari PANCASILA.
Ini adalah salah satu contoh bentuk statement yang diucapkan oleh Bung Karno (Sang Putra Fajar, Pemersatu Nusantara) selaku Presiden Pertama Republik Indonesia, sebagai penolakan bila beliau dipuji atas filsafat Pancasila yang dicetuskannya dalam sidang BPUPKI dalam menentukan dasar Negara pada bulan Mei 1945 silam dan membawa kejayaan Indonesia hingga kini. Beliau selalu dengan tegas menolak untuk disebut sebagai “pencipta” dari PANCASILA.
Mengutip semboyan yang biasa digunakan oleh Bung Karno, marilah kita mencoba Think & amp; Re-Think, berfikir dengan cara atau sudut pandang yang lain atau "to think in another manner, in another way” pernyataan beliau tersebut diatas, dimanakah tepatnya “perut buminya bangsa Indonesia” yang dimaksud oleh beliau?
Beliau menyatakan bahwa bukan “pencipta”, melainkan “penggali”. Bila disusun secara logika, beliau mula-mula menggali menemukan merumuskan mengutarakan. Mari telaah kata menggali disini. Dengan apakah dan bagaimana Bung Karno menggali isi jiwa bangsa Indonesia? Hanya sekedar RASIO-kah? Apa hanya dengan membaca, menganalisis, merenungkan bertahun-tahun? Mengingat pada zamannya dijumpai buku-buku dengan beragam bahasa seperti bahasa Barat (Belanda, Perancis, Jerman, dll) atau bahasa Melayu-Jawa Kuno (Kawi) dan Sansekerta, yang sangat sulit dipahami? Akankah semua bacaan itu bisa ditelaah oleh Bung Karno secara tepat, mengingat beliau hanya manusia biasa yang juga punya keterbatasan kemampuan? Lalu bagaimana dengan waktu yang dimiliki Bung Karno mengingat kesibukannya sebagai aktivis dan pejuang kemerdekaan yang kerap dihukum dan diasingkan? Dan kondisi saat beliau hidup dipengasingan, penjara Sukamiskin-Bandung lalu di Ende dan Bengkulu, apakah fasilitas minimal lampu/penerangan bisa membantu Bung Karno dalam membaca dan mencari informasi sebagai dasar lahirnya pemikiran tentang PANCASILA?
Jadi pernyataan bahwa PANCASILA adalah Isi Jiwa bangsa Indonesia benar adanya karena didapat bukan hasil dari Karya, Cipta, Rasa dan hasil Pemikiran seorang Bung Karno, tetapi dari KALBU SANUBARI yang telah berurat akar dalam darah seorang Bung Karno Sang PUTRA BUTON.
Yang dimaksud oleh beliau adalah perut bumi PULAU BUTON, dari negeri inilah sesungguhnya Beliau mendapatkan falsafah hidup (Way Of Life) dari Bangsa Indonesia. Sebelum telaah lebih jauh mengapa DAARIL BUTHUUNII yang dimaksud oleh Beliau sebagai perut bumi bangsa Indonesia, maka kita lihat dari asal usul siapakah Beliau ini.
Dr. Ir. H. Koesno Sosro Soekarno, lahir dari Ibu yang bernama Ida Ayu Nyoman Rai/Sitti Maryam dan Ayah Bung Karno adalah La Ode Muhammad Idris dari Kesultanan Buton, lahir di Buleleng Bali pada 06 Juni 1901. Walaupun fakta sejarah mencatat bila Ayah Bung Karno adalah Raden Sukemi. Bila dijabarkan siapa sebenarnya orangtua biologis Beliau maka didapat fakta sebagai berikut:
Dari pihak Bapak, Bung Karno adalah putra biologis dari La Ode Muhammad Idris/Yarona Imamu Yiambo(Mantan Imam Masjid Agung Keraton Kesulthanan Buton) sementara kakek Beliau adalah Sulthan Buthon XXXII Muhammad Umar Qaimuddin Khalifatul Khamis (Oputa Yi Bariyya, 1887-1904), sementara dari pihak ibu, Ida Ayu Nyoman Rai/ Sitti Maryam adalah putri dari La Jami/ I Nyoman Pasek, yang ternyata kakek dari pihak ibu diketahui masih ada darah Butonnya yaitu Bonto Ogena Yi Gundu-Gundu. Jadi jelas sudah bahwa Bung Karno PUTRA BUTON (Bangsawan Asli) yang juga mengalir darah biru Bangsawan Bali.
Mari kembali pada saat Bung Karno mencetuskan PANCASILA pada sidang BPUKI 29 Mei- 1 Juni 1945, beliau selaku pembicara terakhir dalam pertemuan tersebut mengemukakan lima hal sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme atau Kemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi; Kesejahteraan sosial serta Ketuhanan. Mari kita me Re-Think satu persatu kelima hal yang diungkapkan Bung Karno.
1. KEBANGSAAN INDONESIA (PERSATUAN INDONESIA)
Bangsa, adalah rakyat yang harus dilindungi, dapat dilihat, Bung Karno mengambil prinsip MIA PATAMIANA dan MIA PATAKAOMUNA yang membentuk Bangsa Buton dengan paham kebangsaan “KAMATA MOBHARINA TOO MOSAANGUNA, KAMATA MOSAANGUNA TOO MOBHARINA”(Memandang yang banyak untuk yang satu, dan memandang yang satu untuk yang banyak) Satu Bangsa, Bangsa Buton; Satu Tanah Air, Tanah Wolio; Satu Bahasa, Bahasa Buton/Wolio yang kemudian diaplikasikan menjadi Satu Bangsa, Bangsa Indonesia; Satu Tanah Air, Tanah Air Indonesia; Dan Satu Bahasa, Bahasa Indonesia
2. INTERNASIONALISME ATAU KEMANUSIAAN (KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB)
Sikap saling menghargai, dan hal ini Bung Karno mengadopsi SYARA PATAANGUNA (Empat Pegangan Dasar), BHINCI-BHINCI KULI yang meliputi :
a. POMAA-MAASIAKA(Sikap saling menyayangi dan kasih mengasihi)
b. POANGKA-ANGKATA (Sikap saling menghormati)
c. POPIA-PIARA (Sikap Saling memelihara dan Menjaga)
d. POMAE-MAEKA (Sikap saling segan menyegani dan takut terhadap sesama)
3. MUFAKAT ATAU DEMOKRASI (KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT
KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN)
Azas mufakat dan musyawarah ini mencontoh system yang dilakukan oleh MIA PATAMIANA dan MIA PATAKAOMUNA pada saat pembentukan Kerajaan/Keratuan dan mengangkat WA KAAKAA sebagai RATU/RAJA BUTON pertama, dimana asas musyawarah ini diangkat dari SYARA PATAANGUNA, POANGKA-ANGKATA (Sikap saling menghormati, saling meninggikan derajat sesama)
4. KESEJAHTERAAN SOSIAL (KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA)
Bagi Bung Karno, kesejahteraan diarahkan kepada kehidupan “Gotong Royong”, sementara dalam falsafah Buton ditegaskan sebagai berikut: “ HAKUMU LAE MUNTUMU, PARAULEAMU PARABUATAMU ”(hakmu adalah untukmu, dan perolehanmu adalah hasil perbuatanmu)
5. KETUHANAN (KETUHANAN YANG MAHA ESA)
Kesulthanan Buton dalam menjalankan pemerintahannya telah menerapkan DEMOKRASI KETUHANAN sejak tahun 1311 M yaitu sebagai berikut:
OPUTA (Ketuhanan)
YINDA-YINDAMO SYARA SOMANAMO AGAMA
(Biar Hilang/Tiada Pemerintahan Tetapi Agama Utuh Berjalan)
YINDA-YINDAMO LIPU SOMANAMO SYARA
(Biar Hilang/Tiada Negeri Yang Penting Pemerintahan Tetap Berjalan)
YINDA-YINDAMO KARO SOMANAMO LIPU
(Biar Diri Hilang/Hancur Tetapi Negeri Utuh Dan Jaya)
YINDA-YINDAMO ARATA SOMANAMO KARO
(Biar Harta Hilang Tapi Martabat Diri Tetap Kokoh)
Selain PANCASILA, BHINEKA TUNGGAL IKA ternyata mengambil filosofis Undang-Undang Kesulthanan Buton yaitu, “TONTOMAKA MOBHARINA TOO MOSAANGUNA, TONTOMAKA MOSAANGUNA TOO MOBHARINA, MAKASU INDA APOSAANGU, AMARIDHO INDA AKOOLOTA” ( Menetap Yang Banyak Untuk yang TUNGGAL, menetap yang TUNGGAL untuk yang banyak, Berdekatan tidak bersekutu, berjauhan tidak berjarak”)
Bung Karno menegaskan bahwa Pancasila adalah Isi Jiwa Bangsa Indonesia, Intisari Peradaban Indonesia, Filsafat Bangsa Indonesia, Kepribadian Bangsa Indonesia serta Landasan Kefilsafatan (‘Weltanschauuung’) Bangsa Indonesia, jadi dapat dilihat bahwa dasar Negara kita bukan berdasarkan filsafat individualism seperti Historis –Materialisme milik Marx, Trias Politica milik Montesquieu, Jhon Locke, Roseau, Kant, Hegal dll, sehingga Bung Karno menolak kalau PANCASILA ini adalah “Filsafat Soekarno” atau “PANCASILA Soekarno” seperti nama para pembesar di atas.
Itu karena Bung Karno benar-benar menyatakan bahwa PANCASILA digali dari Bumi Tanah Buton yang keseluruhannya terinspirasi dari sistem Kenegaraan Kesulthanan Buton.
Wahai Saudara-saudara, teman-teman, adik-adikku yang penulis hormati dan sayangi, tidakkah kalian dan kita semua bangga akan tanah BUTON? Tanah leluhur kita ternyata tanah yang menyimpan 1000 misteri, Tanah yang melahirkan para pembesar di setiap zamannya, yang mungkin kita semua akan menjadi pembesar seperti pendahulu kita di masa depan kelak, tidakkah hati tergerak untuk melestarikan apa yang telah dihasilkan oleh para leluhur kita, yang kemudian oleh Bung Karno selaku PUTRA BUTON digunakan sebagai dasar Negara kita yang juga pernah digunakan Leluhur kita untuk tetap Berjaya hingga sekarang?
Marilah kita mulai menanamkan kecintaan akan tanah leluhur kita Tanah Buton, Tanah Air kita Tanah Air Indonesia dengan melahirkan kesadaran kita bahwa PANCASILA harus lebih dihayati dan diamalkan. Di masa lampau Bangsa Buton bersatu padu mempertahankan PANCASILA, dan di masa kini serta masa yang akan datang kita semua terpanggil untuk kembali mengamalkan PANCASILA, MENGGALI kembali PANCASILA dari kalbu kita. Karena Konsep Bernegara Republik Indonesia yaitu PANCASILA dan BHINEKA TUNGGAL IKA telah mendapat pengakuan dimata dunia khususnya oleh Amerika Serikat dan ini dinyatakan langsung oleh Presidennya Barack Husein Obama (yang juga pernah belajar di Indonesia dan pastinya masih terekam dalam memorinya kelima butir/dasar PANCASILA) pada 10 November 2010 lalu dalam Pidatonya saat memberi kuliah Studium General di Universitas Indonesia, bahwa AS kini menganut dan mempraktekkannya.
Negara Adidaya saja mengakui dan mempraktekkan dasar Negara kita, lalu mengapa kita sebagai pemiliknya tidak mengamalkannya???
Sekali
lagi, amalkanlah, dengan selalu mengobarkan rasa yakni “BANGGALAH
SEBAGAI BANGSA BUTON…BANGGALAH SEBAGAI BANGSA INDONESIA, JAYALAH TANAH
BUTON, JAYALAH TANAH AIR INDONESIA” !!!
Sebuah Tulisan dalam Rangka Memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2011 dan In Memorian Dr. Ir. H. Koesno Sosro Soekarno (6 Juni 1901 – 20 Juni 1970) Sebagai Putra Buton Pencetus Pancasila.
*) Penulis merupakan Staff Persidangan Sekretariat DPRD Kota Baubau.
Label:
bung karno putra buton
Budaya
BUDAYA Mencermati Persamaan Budaya Melayu – Buton |
KabarIndonesia - Kebudayaan Wolio-Buton memiliki kemiripan dengan Budaya Melayu khususnya dalam prinsip kehidupan rumah tangga dan social kemasyarakatan. Hal ini terungkap pada acara diskusi Ilmiah Kebudayaan Melayu-Buton yang berlangsung di Baruga Kraton Wolio beberapa waktu lalu. Diskusi ini menampilkan tiga orang narasumber yakni Drs. Hasidin Sadif salah seorang tokoh masyarakat Buton, Prof. DR. Abdul Razak Abdul Karim dan Prof Mady Nuwairi Hj Khazai dari Malaysia. Hasidin Sadif dalam makalahnya yang berjudul ‘Miana Banua dan Miana Rapu Salah satu unsur yang berperan dalam rumah tangga keluarga Wolio Buton’ memaparkan kehidupan Rumah Tangga versi masyarakat Buton memegang prinsip yang santun. Begitu pula dalam kehidupan masyarakat Wolio. Dalam budaya Melayu, peran isteri memiliki ruang lingkup kerja berbeda dengan para suami. Kesibukan isteri lebih banyak mengurusi urusan rumah tangga seperti pembersihan dan pengaturan rumah, mencuci, kegiatan masak memasak. Di Tanah Melayu isteri dikenal dengan sebutan ‘Orang Rumah’. Sebutan ini juga identik dengan penyebutan dalam lingkungan masyarakat Budaya Wolio yakni isteri disebut ‘Miana Banua=orang rumah (dalam bahasa Wolio berarti Orang Rumah)’. Dalam hal tanggung jawab dalam lingkungan Rumah Tangga, para isteri lebih dominan dalam urusan dapur yakni menjaga serta mempersiapkan makanan keluarga. Urusan Rumah Tangga dan dapur tak dapat dipisahkan dengan dunia wanita. Bahkan, sangat tercela dalam pandangan masyarakat jika seorang isteri dan anak anak wanita dewasa tidak akrab dengan pekerjaan rumah. Apalagi jika tidak memiliki keterampilan. Sesuai dengan tugas yang dijalankannya itu mereka dikenal dengan sebutan ‘Orang Dapur’. Sebutan ini pula dikenal sama oleh masyarakat Wolio dengan sebutan ‘Miana Rapu (Dalam bahasa Wolio berarti orang dapur). Dahulu ada anggapan umum yang berkembang di tengah masyarakat bahwa bagaimanapun tinggi posisi dan pendidikan seorang wanita, akhirnya harus kembali ke dapur. Namun, anggapan itu kini mulai berubah seiring perkembangan pemikiran dan teknologi. Sisi lain yang menjelaskan kemiripan antara kebudayaan budaya Melayu dan Buton yakni nilai asas budaya. Dalam budaya Melayu, kehidupan juga tidak terlepas dengan ajaran Islam. Hal ini terlihat dalam ungkapan masyarakat Melayu ‘Adat bersendikan Syara, Syara Bersendikan Kitabullah, Syara mengata adapt meakai. Syah kata syara, Benar kata adat. Bila bertelikai adap dengan syara, tegakkan syara’. Masyarakat Buton pun memiliki falsafah yang sama yakni ‘Yinda Yindamo Sara Somanamo Agama’. Falsafah masyarakat budaya Buton juga mengatakan ‘Ynda Yndamo Karo Somanamo Lipu, Ynda Yndamo lipu somanamo sara’. Dalam budaya melayu ungkapan dengan makna yang sama berbunyi ‘Adat Sesampan satu haluan, adapt berlayar satu kemudi. Adat memerintah satu titah, adapt memimpin satu petuah. Elok berkayuh sama merengkuh, elok berdayung sama sealun, elok berlayar sama tujuan’. Juga dijelaskan dalam budaya Melayu ‘Nilai seanak – sekemenakan’ yang menganjurkan tanggung jawab dan peduli terhadap perkembangan dan pertumbuhan masyarakat agar saling menasehati dalam kebaikan. Dalam budaya Buton dikenal dengan ‘Popiara Piara yang terdapat dalam Sara Pataanguna’. Sedangkan falsafah ‘Poangkaa Angkataka’ dalam budaya Buton yang mengandung arti saling menghormati, baik para pemimpin, tokoh tokoh dan para tetua dengan masyarakat. Dalam ungkapan Budaya Melayu ini dikenal dengan’ Tanda seinduk dan sebahasa, tanda orang senenek dan semamak: Petuah diingat amanah disimak’. Bagi masyarakat Buton, bertutur kata dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan ‘Pogau Malau bukan Pogau Indonesia’ (Dalam bahasa Buton Pogau Malau = Bahasa Indonesia) Dari beberapa ungkapan ini, kekerabatan antara masyarakat Melayu dan Buton sangat jelas. Walikota Baubau, MZ Amirul Tamim yang membuka kegiatan diskusi yang diikuti oleh para tokoh masyarakat serta para akademisi ini menilai kegiatan ini dapat dijadikan rujukan sebagai bahan penelitian. “Kegiatan ini cukup bermanfaat untuk menggali serta menghimpun informasi tentang hubungan kekerabatan antara masyarakat Melayu dan Buton termasuk dari segi budaya serta penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat,” katanya. Diskusi ini kata Kadis Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Baubau, Drs. M Djudul merupakan tindak lanjut dari Simposium Internasional yang digelar pada bulan agustus 2005 lalu. *** |
Lambang Sulawesi Tenggara
Lambang ini terletak di dalam suatu bentuk perisai lima, yang menunjukkan bahwa masyarakat Sulawesi Tenggara dalam segala segi peri hidup dan kehidupan, tetap berada di dalam Falsafah Negara Republik Indonesia Pancasila. Pada bagian sebelah utara terdapat tulisan berwarna merah “Sulawesi Tenggara” yang menunjukkan : inilah lambang dari Sulawesi Tenggara, lambang mana adalah menjiwai setiap warga Sulawesi Tenggara di waktu apa dan di tempat manapun ia berada. Warna merah melambangkan berani mempertahankan yang hak.
Warna ada empat macam warna sesuai dengan pembagian perisai menunjukkan bahwa pada waktu dibentuknya Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi empat daerah.
* Hijau, adalah pelambang kesuburan, dan warna ini menunjukkan Kabupaten Kendari. Bahwa di Kabupaten Kendari baik untuk masa kini maupun masa-masa yang akan datang, cukup banyak tersedia tanah-tanah pertanian yang dapat ditanami dengan segala macam bahan-bahan makanan dan bahan-bahan kebutuhan pokok lainnya. Selanjutnya warna hijau ini menunjukkan warna hutan. Kabupten Kendari cukup banyak hutannya yang menghasilkan berbagai macam kayu-kayuan yang membutuhkan pengolahan, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun keluar negeri. Warna hijau melambangkan do’a harapan dan kepercayaan.
* Coklat, adalah menunjukkan tanah berwarna coklat yang mengandung nikel dan terdapat di Kabupaten Kolaka. Sebagaimana diketahui bahwa nikel adalah merupakan kebutuhan dunia, dimana nikel yang terdapat di Kabupaten kolaka mempunyai daerah yang cukup luas serta kadar yang tinggi. Dengan nikel ini, Sulawesi Tenggara sudah dikenal dengan dunia luar.
* Kuning, adalah menunjukkan warna kayu jati yang terdapat di Kabupaten Muna. Kayu jati termasuk salah satu jenis kayu yang disenangi di dalam dan di luar negeri. Melalui kayu jati dari pulau Muna Sulawesi Tenggara di kenal oleh daerah-daerah lain di Indonesia maupun oleh dunia luar. Warna kuning melambangkan kejayaan masa silam, sekarang dan masa mendatang, keluhuran yang bijaksana dan cendikia.
* Hitam, adalah menunjukkan warna aspal yang terdapat cukup banyak di Kabupaten Buton. Aspal Buton ini sudah dikenal sejak dahulu dan telah memberikan andilnya pada pembangunan tanah air kita khususnya di bidang prasarana jalan. Warna hitam melambangkan kemantapan, keteguhan dan kekekalan.
Keempat macam warna ini selain melambangkan jumlah kabupaten yang ada di Sulawesi Tenggara dewasa ini, juga sekaligus menunjukkan potensi yang ada didaerah ini cukup banyak, yang memberikan jaminan untuk masa depan daerah ini guna tercapainya kemakmuran dan keadilan yang diidam-idamkan.
Makna dan pengertian yang dikandung “padi dan kapas” secara nasional telah dikenal sebagai lambang untuk kemakmuran dan keadilan. Butir padi yang terdiri dari 17 butir, melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau 4 dan biji putih 5 melambangkan tahun 45. Hal ini mengingatkan Hari Proklamasi Negara RI 17 Agustus 1945.
Mata rantai yang disambung menjadi satu yang berjumlah 27 mata rantai merupakan perlambang persatuan dan kesatuan dari keempat kabupaten di Sulawesi Tenggara, yang dalam gerak langkah perjuangannya telah mempunyai kesatuan derap dan nada, yakni pembangunan di segala bidang; hal ini mengingatkan hari kelahiranProvinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 27 April 1964.
Kepala Anuang, mempunyai dua macam pengertian :
1. Bahwa anuang adalah suatu binatang yang mempunyai ciri khas yaitu : ulet, gesit dan militan.
2. Bahwa Anuang itu hanya terdapat di Sulawesi Tenggara pada khususnya dan Sulawesi pada umumnya. Jadi perlambang sebagai ciri spesifik untuk Sulawesi Tenggara.
Warna putih, yang menjadi dasar dari kepala Anuang menunjukkan kesucian dan kebersihan, itikad baik secara tulus ikhlas bagi warga Sulawesi Tenggara dalam melaksanakan pengabdiannya untuk kemajuan daerah dan perkembangan daerah Sualwesi Tenggara pada khususnya dan Negara Republik Indonesia pada umumnya warna putih melambangkan kesucian dan bersih tanpa pamrih.
Warna Biru Laut, mempunyai tiga macam pengertian :
* Yang menjadi dasar dari pada Daerah Sulawesi Tenggara ini menunjukkan makna sebagian dari alam geografisnya terdiri dari gugusan pulau yang dipisahkan oleh laut-laut yang penuh dengan kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
* Bahwa masyarakat Sulawesi Tenggara memiliki jiwa pelaut yang ulung.
* Warna biru laut melambngkan sifat kesetiaan, keluhuran dan kejujuran dalam pengabdiannya.
Warna ada empat macam warna sesuai dengan pembagian perisai menunjukkan bahwa pada waktu dibentuknya Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi empat daerah.
* Hijau, adalah pelambang kesuburan, dan warna ini menunjukkan Kabupaten Kendari. Bahwa di Kabupaten Kendari baik untuk masa kini maupun masa-masa yang akan datang, cukup banyak tersedia tanah-tanah pertanian yang dapat ditanami dengan segala macam bahan-bahan makanan dan bahan-bahan kebutuhan pokok lainnya. Selanjutnya warna hijau ini menunjukkan warna hutan. Kabupten Kendari cukup banyak hutannya yang menghasilkan berbagai macam kayu-kayuan yang membutuhkan pengolahan, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun keluar negeri. Warna hijau melambangkan do’a harapan dan kepercayaan.
* Coklat, adalah menunjukkan tanah berwarna coklat yang mengandung nikel dan terdapat di Kabupaten Kolaka. Sebagaimana diketahui bahwa nikel adalah merupakan kebutuhan dunia, dimana nikel yang terdapat di Kabupaten kolaka mempunyai daerah yang cukup luas serta kadar yang tinggi. Dengan nikel ini, Sulawesi Tenggara sudah dikenal dengan dunia luar.
* Kuning, adalah menunjukkan warna kayu jati yang terdapat di Kabupaten Muna. Kayu jati termasuk salah satu jenis kayu yang disenangi di dalam dan di luar negeri. Melalui kayu jati dari pulau Muna Sulawesi Tenggara di kenal oleh daerah-daerah lain di Indonesia maupun oleh dunia luar. Warna kuning melambangkan kejayaan masa silam, sekarang dan masa mendatang, keluhuran yang bijaksana dan cendikia.
* Hitam, adalah menunjukkan warna aspal yang terdapat cukup banyak di Kabupaten Buton. Aspal Buton ini sudah dikenal sejak dahulu dan telah memberikan andilnya pada pembangunan tanah air kita khususnya di bidang prasarana jalan. Warna hitam melambangkan kemantapan, keteguhan dan kekekalan.
Keempat macam warna ini selain melambangkan jumlah kabupaten yang ada di Sulawesi Tenggara dewasa ini, juga sekaligus menunjukkan potensi yang ada didaerah ini cukup banyak, yang memberikan jaminan untuk masa depan daerah ini guna tercapainya kemakmuran dan keadilan yang diidam-idamkan.
Makna dan pengertian yang dikandung “padi dan kapas” secara nasional telah dikenal sebagai lambang untuk kemakmuran dan keadilan. Butir padi yang terdiri dari 17 butir, melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau 4 dan biji putih 5 melambangkan tahun 45. Hal ini mengingatkan Hari Proklamasi Negara RI 17 Agustus 1945.
Mata rantai yang disambung menjadi satu yang berjumlah 27 mata rantai merupakan perlambang persatuan dan kesatuan dari keempat kabupaten di Sulawesi Tenggara, yang dalam gerak langkah perjuangannya telah mempunyai kesatuan derap dan nada, yakni pembangunan di segala bidang; hal ini mengingatkan hari kelahiranProvinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 27 April 1964.
Kepala Anuang, mempunyai dua macam pengertian :
1. Bahwa anuang adalah suatu binatang yang mempunyai ciri khas yaitu : ulet, gesit dan militan.
2. Bahwa Anuang itu hanya terdapat di Sulawesi Tenggara pada khususnya dan Sulawesi pada umumnya. Jadi perlambang sebagai ciri spesifik untuk Sulawesi Tenggara.
Warna putih, yang menjadi dasar dari kepala Anuang menunjukkan kesucian dan kebersihan, itikad baik secara tulus ikhlas bagi warga Sulawesi Tenggara dalam melaksanakan pengabdiannya untuk kemajuan daerah dan perkembangan daerah Sualwesi Tenggara pada khususnya dan Negara Republik Indonesia pada umumnya warna putih melambangkan kesucian dan bersih tanpa pamrih.
Warna Biru Laut, mempunyai tiga macam pengertian :
* Yang menjadi dasar dari pada Daerah Sulawesi Tenggara ini menunjukkan makna sebagian dari alam geografisnya terdiri dari gugusan pulau yang dipisahkan oleh laut-laut yang penuh dengan kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
* Bahwa masyarakat Sulawesi Tenggara memiliki jiwa pelaut yang ulung.
* Warna biru laut melambngkan sifat kesetiaan, keluhuran dan kejujuran dalam pengabdiannya.
baruga
![]() |
Wasilomata Pusat Kebudayaan Mawasangka |